·
Merupakan perusahaan manufaktur ban yang
memproduksi berbagai jenis varian ban dan ban dalam untuk sepeda motor, mobil,
dan kendaraan berat.
·
Sejarah singkat perusahaan:
·
Berdiri pada tahun 1951 untuk memproduksi dan
mendistribusikan ban luar dan ban dalam sepeda
·
Tahun 1973 ditandatangani kesepakatan dengan
Inoue Rubber Company, Jepang untuk memproduksi ban sepeda motor
·
Tahun 1990 terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan
Surabaya
·
Tahun 1991 mengakuisisi Petrochem Industries,
produsen kain ban (Tire Cord) dan benang nilon
·
Tahun 1995 mengakuisisi Langgeng Baja Pratama,
produsen kawat baja
·
Tahun 1996 mengakuisisi Meshindo Alloy Steel Corporation,
produsen velg aluminium di Indonesia
·
Tahun 2002 melakukan restrukturisasi perusahaan
karena krisis keuangan Aisa sehingga mampu menurunkan beban hutang perusahaan
hingga lebih dari USD 200 juta
·
Tahun 2004 menyelesaikan restrukturisasi
perusahaan dan melakukan dekonsolidasi laporan keuangan perusahaan dengan
Petrochem Industries dan melakukan kontrak kerja sama dengan Michelin untuk
memproduksi 5 juta ban per tahun untuk Michelin untuk pasar ekspor hingga tahun
2010
Produk
·
Merk ban untuk mobil penumpang (passenger cars)
: Champiro
·
Merk ban untuk kendaraan komersil (commercial
vehicle tire) : GT Super
·
Merk ban untuk sepeda motor : NF dan NR
Saat ini perusahaan
mengoperasikan 5 pabrik ban luar dan ban dalam untuk jenis ban radial, ban
bias, dan ban sepeda motor serta mengoperasikan 2 pabrik yang memproduksi kain
ban dan SBR (Styrene Butadiene Rubber). Lima pabrik ban dan kain ban berlokasi
di Tangerang sedangkan pabrik SBR berlokasi di komplek Industri Kimia di Merak,
Banten.
Strategi korporasi yang dilakukan
perusahaan : integrasi vertikal, melakukan integrasi perusahaan dengan
perusahaan yang berada di hulu (untuk kebutuhan bahan baku perusahaan) dan
dengan perusahaan yang berada di hilir (untuk distribusi dan penjualan produk
perusahaan). Integrasi vertikal yang dijalankan Gajah Tunggal dilakukan dengan
cara akuisisi terhadap perusahaan-perusahaan yang memproduksi bahan baku utama
untuk produksi ban perusahaan.
Keuntungan : perusahaan dapat
menjamin ketersediaan bahan baku untuk produksi dan mengurangi kemungkinan
fluktuasi bahan baku.
Karet Sebagai Bahan
Baku Utama
Bahan baku utama pembuatan ban
adalah karet. Penurunan dan kenaikan harga karet dapat mempengaruhi besarnya
biaya produksi yang dibutuhkan perusahaan, seperti yang dikemukakan pada
statemen Board of Directors berikut (sumber : annual report 2011).
“Melalui
perhitungan kombinasi terhadap pengembangan kapasitas, peningkatan
produktivitas, dan penyesuaian harga, manajemen telah berhasil meningkatkan
penjualan lebih dari 20%, untuk mengimbangi efek dari lonjakan harga bahan baku
terhadap pencapaian laba pada paruh pertama tahun ini.”
Berikut
dilampirkan data harga bahan baku karet selama lima tahun terakhir.
Harga karet melonjak sangat tinggi pada pertengahan 2010
hingga awal 2011 sehingga cukup mempengaruhi laba kotor perusahaan pada tahun
2010 dan 2011 (paling tampak pada tahun 2011).
Dengan harga karet yang sudah
mulai menunjukkan penurunan sejak 2011 hingga Desember 2012, perusahaan dapat
kembali menekan biaya produksi yang disebabkan oleh bahan baku sehingga dengan
peningkatan sales, laba kotor perusahaan akan lebih meningkat.
Kesimpulannya, laba perusahaan
sangat terpengaruh harga karet sebagai bahan baku. Hal inilah yang menyebabkan
laba perusahaan cenderung tidak stabil, kadang meningkat dan kadang menurun.
Strategi Korporasi
Mengenai ekspansi pabrik, berikut
kutipan dari BoD pada annual report 2011:
Program
ekspansi Perusahaan, yang dimulai pada tahun 2005, hampir tuntas mencapai
target yang ditetapkan, yaitu kapasitas terpasang 45.000 ban per hari untuk ban
radial yang telah dicapai pada akhir tahun 2011. Dalam waktu dekat manajemen
akan melakukan program-program debottlenecking untuk memanfaatkan sepenuhnya
kapasitas yang telah dibangun. Kapasitas terpasang ban sepeda motor telah
mencapai
90.000 ban per hari dari 75.000 ban per hari pada akhir 2010. Perluasan ini
akan sepenuhnya selesai pada awal tahun depan, di mana kapasitas terpasang akan
mencapai 105.000 ban per hari.
Integrasi perusahaan juga telah
menuju arah hilir yang berkaitan dengan distribusi dan penjualan, yaitu dengan
dibangunnya Tirezone, outlet yang menjual produk-produk dari Gajah Tunggal.
Competitive Advantage
·
Pemain lama di manufaktur ban lokal
·
Memiliki brand yang sudah terkenal di masyarakat
·
Strong management team, ditandai dengan
diperolehnya penghargaan “10 Perusahaan Besar Terbaik” oleh Forbes tahun 2011
dan “Top 10 Indonesia’s Best Managed Companies”
·
Paparan informasi terhadap publik dan investor
yang transparan, ditandai dengan penghargaan “Indonesia’s Best Investor
Relations” urutan keenam dan pengelolaan situs www.gt-tires.com
yang sangat up to date dan mengandung banyak informasi penting untuk investor
serta kemudahan memperoleh laporan keuangan selama tujuh tahun terakhir.
·
Produk-produk dengan sertifikat ISO dan SNI
yang menandakan kualitas produk perusahaan memenuhi standar internasional dan
standar nasional
Prospek Usaha
Untuk menilai prospek usaha
perusahaan, terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap jenis-jenis ban dan
jumlah terjualnya
Total penjualan tahun 2011 : 35.5 juta
ban
·
Ban radial : 6.1 juta ban
·
Ban bias : 5.3 juta ban
·
Ban MC (sepeda motor) : 24.1 juta ban
Terlihat 46% penjualan ban untuk ban
pengganti, 40% untuk ekspor (untuk Michelin dan untuk pihak ketiga) serta baru
14% ban yang dijual untuk OEM (Original Equipment Manufacturer). Artinya,
penetrasi Gajah Tunggal untuk menyasar kendaraan bermotor baru melalui kontrak
penyediaan OEM masih cukup rendah. Arti lainnya adalah, kenaikan penjualan
kendaraan bermotor baru tidak akan terlalu berdampak signifikan terhadap
penjualan ban Gajah Tunggal. Penjualan ban Gajah Tunggal akan lebih dipengaruhi
oleh jumlah kendaraan bermotor yang beredar dan keadaan pasar global tujuan
ekspor.
Untuk prospek ekspor sendiri, dengan
68 % pangsa pasar Gajah Tunggal berada di Amerika dan Eropa, krisis Eropa dapat
sedikit mempengaruhi permintaan ban dari Gajah Tunggal untuk Eropa. Hal ini
terlihat dari menurunnya ekspor Gajah Tunggal hingga kuartal 2 tahun 2012
sebesar 7.76%.
Dengan penjualan sepeda motor domestik
dan penjualan mobil domestik yang besar, jumlah kendaraan beredar akan semakin
banyak yang berarti potensi pasar Gajah Tunggal dari tahun ke tahun akan
semakin meningkat. Peningkatan kapasitas produksi yang selesai pada tahun 2012
awal juga akan berdampak positif terhadap pemenuhan demand dari perusahaan.
Biaya
Produksi
Struktur
biaya produksi
Dari komposisi biaya produksi di atas,
bahan baku menyumbang biaya terbesar sedangkan buruh dan energi masih cukup
rendah. Oleh karena itu, yang akan paling berdampak terhadap kestabilan laba
Gajah Tunggal adalah bahan baku.
Utilisasi kapasitas produksi Gajah
Tunggal cukup baik karena berkisar antara 70-85%. Utilitasi kapasitas produksi
dengan kisaran tersebut sudah optimal karena utilisasi yang terlalu besar juga
tidak baik untuk mesin.
Analisis
Keuangan Perusahaan
Secara keseluruhan, sales dari
perusahaan terus meningkat dari tahun ke tahun, kecuali pada tahun 2009 yang
mengalami penurunan penjualan dibandingkan dengan tahun 2008.
Laba kotor perusahaan tidak tumbuh
signifikan mengikuti penjualan dari perusahaan. Hal ini lebih disebabkan oleh
harga bahan baku yang fluktuatif sehingga perusahaan kesulitan mengendalikan
biaya produksi dan pada akhirnya menggerus laba.
Pada tahun 2008, perusahaan mengalami
rugi bersih akibat rugi kurs. Transaksi derivatif ini patut menjadi hal yang
diwaspadai. Karena terlibat dalam pasar ekspor, Gajah Tunggal memiliki simpanan
dalam bentuk Dollar dan Euro serta memiliki obligasi yang menggunakan kurs USD.
Hal ini dapat mempengaruhi kestabilan laba perusahaan akibat fluktuasi mata
uang asing.
Pada tahun 2013 ini, perusahaan
menerbitkan obligasi 500 juta USD untuk menutupi obligasi yang diterbitkan
sebelumnya yang telah jatuh tempo serta untuk modal usaha. Obligasi dengan kurs
USD ini akan kembali mengakibatkan laba perusahaan berfluktuasi kembali
sehingga sulit meramalkan pertumbuhan laba bersih perusahaan ke depannya.
Berdasarkan data Q3 2012, penjualan
perusahaan telah meningkat dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun
sebelumnya. Ekspektasinya, pada akhir
2012, penjualan perusahaan dapat meningkat kembali melebihi penjualan pada
tahun 2011 meskipun tidak signifikan.
Laba bersih perusahaan telah kembali
meningkat seiring dengan penurunan harga bahan baku sehingga terjadi penurunan
biaya produksi.
ROE perusahaan selama 4 tahun terakhir
sangat baik, berada di atas 20% selama 3 tahun dan pada tahun 2011, ROE
mendekati 20%. Cukup menarik untuk investasi.
Harga saham perusahaan diperdagangkan
pada P/E 7.5x dan PBV 1.5x. Dengan P/E yang masih rendah, saham ini cukup
menarik untuk investasi.
Target harga:
Dengan EPS 223 pada kuartal 3, jika
disetahunkan maka akan menjadi 297. Hal inilah yang menyebabkan saham ini
diperdagangkan pada P/E hanya 7.5x.
Dengan asumsi lebih konservatif,
target pada akhir 2012 adalah laba tumbuh 15% dibandingkan kuartal 3 sehingga
EPS menjadi 256.45 (dibulatkan menjadi 256). Dengan harga saat ini (2225), maka
P/E menjadi 8.7x.
Targetnya, pada tahun 2013, laba
perusahaan tumbuh sekitar 15-20% (dengan kondisi komoditas terutama karet alam
yang masih cukup stabil) sehingga pada akhir 2013, EPS menjadi 294.
Target terendah adalah pada P/E 8x
dengan harga 2350 dan target tertinggi adalah dengan P/E 12x di 3500 pada akhir
2013.
Kesimpulan:
Jika terdapat koreksi lagi, saham ini
cukup menarik untuk dikoleksi dengan target harga berkisar antara 2350 – 3500.
Risiko:
Laba bersih yang turun naik cukup
sulit diprediksi. Namun, dengan kondisi ekonomi dalam negeri serta harga bahan
baku yang masih stabil, diharapkan pendapatan perusahaan dapat terus meningkat
dan laba meningkat.
Disclaimer on.
Al
B-Trade Research Team
Tidak ada komentar:
Posting Komentar