Sometimes we have to reflect what we have done so far.... What we should do next.... To keep moving or back to where we were before.
Jumat Agung merupakan suatu hari yang spesial. Kristus disalibkan dan menanggung sengsara untuk menebus dosa manusia. He really loves us, doesn't he? Selain itu, setiap hari Jumat Agung yang saya ikuti, cuaca cukup konstan. Panas dan kemudian disertai gelap dan cenderung hujan setelahnya. Mungkin karena faktor jam misa (3 sore), musim penghujan, dsb. Tapi bukan itu poinnya.
Setelah misa, kami memutuskan untuk makan ramen... Namanya Zanpachi (Ramen 38, di Jakarta banyak). Pada saat itu, cuaca sudah sangat gelap dan mendung, awan hitam tebal siap memuntahkan rintik-rintik hujan sewaktu-waktu.
Kami memutuskan untuk tetap pergi meskipun jarak tempuhnya cukup jauh (Sukajadi). Di tengah perjalanan (boleh dibilang benar-benar tengah perjalanan), hujan mulai turun, dalam hitungan menit, hujan rintik berubah menjadi hujan yang sangat deras. Kami punya tiga pilihan : pergi hujan-hujanan, segera pulang sambil menerobos hujan, atau menunggu terlebih dahulu baru melanjukan perjalanan. Opsi ketiga yang kami pilih. Berteduh dulu. Setelah itu, melanjutkan perjalanan.
Pernahkan di dalam hidup kita, kita dihadapi suatu pilihan, tetap maju, berhenti terlebih dahulu, atau kembali ke titik awal ketika "hujan" itu turun dan menghalangi perjalanan kita?
Masing-masing pilihan ada risikonya. Jika kita tetap maju menerobos "hujan", kita mungkin akan cepat sampai di tujuan. Tapi, mungkin tubuh kita akan melemah dan akhirnya sakit. Tujuan yang kita peroleh mungkin tidak akan terasa nikmat seperti yang kita harapkan.
Jika kita berhenti terlebih dahulu, kita dihadapi dengan risiko bahwa "hujan" itu akan berlangsung lama dan kita tidak akan tahu kapan berhentinya. Seperti kasus ke restoran ramen di atas, bisa saja kita merasa terlalu lapar sehingga tidak kuat melanjutkan perjalanan dan akhirnya pulang, mencari makanan yang dekat dengan rumah. Makanan yang tidak akan terasa seenak jika kita makan apa yang ingin kita makan.
Jika kita kembali secepatnya ke rumah (titik awal)? Kita dapat segera memperoleh makanan, kita mungkin kehujanan, tapi kita dapat segera beristirahat di rumah, dsb. Masing-masing pilihan kita memiliki risiko tersendiri.
Jadi, apa yang kita lakukan ketika kita dihadapi pada "hujan" yang mendera hidup kita? Kita memiliki banyak pilihan dan tidak ada pilihan terbaik maupun pilihan terburuk.
Kita hanya tidak tahu, mengapa "hujan" itu turun di dalam hidup kita dan apa tindakan yang seharusnya kita lakukan. Tapi, satu hal yang saya tahu. "Hujan" adalah sebuah berkah. Bisakah Anda hidup di tempat yang tidak pernah turun hujan?
Selamat Paskah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar