Usaha
: Perdagangan
perangkat telekomunikasi berupa telepon selular berikut suku cadang, aksesoris,
pulsa serta jasa perbaikan dan penyedia konten melalui Anak Perusahaan
Jumlah
saham yang ditawarkan : 1.350.000.000 lembar
Outstanding
stock : 5.350.000.000
Risiko
usaha :
·
Risiko ketergantungan pada pengecer/agen
penjual.
·
Risiko perubahan strategi distribusi prinsipal.
·
Risiko perubahan teknologi selular.
·
Risiko perubahan selera konsumen.
·
Risiko perubahan peraturan pemerintah di
bidang telekomunikasi dan perdagangan telepon selular.
·
Risiko persaingan usaha di bidang penjualan
telepon selular.
·
Risiko fluktuasi nilai tukar valuta asing.
·
Risiko pola pembelian konsumen yang musiman.
·
Risiko ketidakmampuan memasarkan inovasi
produk dan layanan baru.
·
Risiko penurunan kualitas produk Perseroan.
·
Risiko perubahan manajemen dan karyawan inti
Perseroan.
·
Risiko perubahan keadaan ekonomi Indonesia
Beberapa
hubungan dengan prinsipal:
1.
Distributor kartu perdana dan isi pulsa dari
PT XL Axiata
2.
Distributor kartu Flexi dan kartu Telkomsel
lain
Pendapatan
penjualan voucher terbesar adalah dari Telkomsel diikuti oleh XL.
Pendapatan
terbesar TELE (Berdasarkan prospektus perusahaan)
Struktur
pendapatan (tahun 2010)
Voucher dan kartu perdana | 5333188 |
Telepon seluler | 835098 |
Komisi | 22472 |
Jasa service | 637 |
Total | 6191395 |
Dari
struktur di atas, terlihat yang paling banyak menyumbang pendapatan untuk TELE
adalah Voucher dan kartu perdana, kemudian diikuti oleh Telepon seluler. Oleh
karena itu, meskipun bisnis dari TELE cukup mirip dengan ERAA, namun komposisi
pendapatannya sangat berbeda di mana ERAA lebih banyak memperoleh pendapatannya
melalui penjualan telepon seluler.
Kinerja Keuangan
|
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012 (Sept)
|
Total Liabilitas
|
|
299,993
|
268,899
|
406,859
|
697,581
|
347,800
|
Total Ekuitas
|
|
79,063
|
131,431
|
455,529
|
1,189,437
|
1,387,858
|
DER (total liabilitas/total ekuitas)
|
|
3.8
|
2.0
|
0.9
|
0.6
|
0.3
|
Peningkatan/Penurunan
|
|
|
-46%
|
-56%
|
-34%
|
-57%
|
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012 (Sept)
|
2012 (estimated)
|
|
Sales
|
|
3598751
|
4931319
|
6191395
|
4971063
|
5570057
|
7426742.667
|
Laba Usaha
|
|
39248
|
91316
|
167229
|
137724
|
167440
|
223253.3333
|
Operating margin
|
|
1%
|
2%
|
3%
|
3%
|
3%
|
3%
|
Laba Bersih
|
|
-231
|
5672
|
46401
|
107047
|
138616
|
184,821
|
Net income margin
|
|
0%
|
0%
|
1%
|
2%
|
2%
|
2%
|
EPS
|
|
(0.06)
|
1.42
|
11.60
|
26.76
|
25.91
|
34.55
|
EPS
|
|
|
|
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012F
|
0
|
1
|
12
|
27
|
34.55
|
Persentase (%)
|
-2555
|
718
|
131
|
29
|
ROE (%)
|
|
|
|
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
0%
|
4%
|
10%
|
9%
|
13%
|
Overall,
DER perusahaan cukup menurun dari tahun ke tahun. ROE perusahaan masih kurang
stabil dan kurang menarik karena di bawah 15%.
Untuk prospek
usaha ke depan masih sangat baik karena bisnis utama TELE adalah di sektor
voucher pulsa. Namun, kelemahannya, margin penjualan voucher pulsa sangat
tipis. Kelebihannya, selama penjualan ponsel terus meningkat, penjualan voucher
juga masih akan meningkat. Dengan memegang hak distribusi dua raksasa
perusahaan telekomunikasi Indonesia, diharapkan ke depannya penjualan voucher
Tiphone masih akan terus meningkat.
Pangsa
pasar segmen low-end juga masih cukup baik sehingga diharapkan penjualan ponsel
Tiphone masih dapat meningkat ke depannya.
Rencana
TELE untuk masuk dalam penjualan voucher listrik juga merupakan salah satu
langkah yang cukup baik dalam melakukan diversifikasi usaha. Jumlah pelanggan
listrik pra bayar pada tahun 2011 mencapai 3.4 juta pelanggan (7.9% dari total
43 juta pelanggan PLN) dan hambatan memperoleh listrik pra bayar yang masih
tinggi bagi masyarakat dapat menjadi momentum utama TELE dalam merambah bisnis
voucher listrik (Menurut penulis, bisnis voucher listrik masih dalam tahap awal
dari siklus produk sehingga masih sangat menjanjikan).
Selain
itu, TELE juga berencana mengakuisisi distributor IPhone untuk masuk ke dalam
bisnis smartphone Apple. Langkah yang cukup menarik meskipun kompetitor telah
cukup banyak. TELE juga berencana melakukan akuisisi terhadap distributor
Samsung senilai 250 Miliar. Seperti yg diketahui, Samsung masih menjadi salah
satu raksasa ponsel dunia dan produknya cukup diminati masyarakat Indonesia.
Hal yang
harus diperhatikan dari rencana-rencana akuisisi tersebut adalah sumber dana.
Dengan DER yang rendah, ruang memperoleh pinjaman masih cukup luas.
Di harga
saat ini (580), dengan EPS estimasi 34.55, tercatat P/E perusahaan adalah
16.79x. masih sangat tinggi. Bagaimana jika dikasih harga hingga 500? Di harga
500, P/E sekitar 14x, sudah cukup ok buat masuk.
Untuk long
term investment, sebaiknya masuk secara bertahap, we don’t have to buy on
premium price. J
Kesimpulan:
·
Dari sisi usaha, TELE sangat menarik. Usaha yang
digeluti masih prospektif
·
Dari sisi keuangan, TELE terlihat cukup baik
mengelola keuangannya
·
Dari sisi risiko usaha, bisnis voucher masih
prospektif dan harganya stabil, sedangkan penjualan ponsel Tiphone di segmen
low end masih menemui banyak risiko, terutama risiko fluktuasi kurs dan risiko
kompetitor dari lokal dan China
·
Dari rencana perusahaan untuk masuk bisnis
voucher listrik, rencana tersebut sangat ok karena pangsa pasar yang cukup
potential (3,4 juta di tahun 2011)
·
Dari rencana perusahaan untuk mengakuisisi
distributor iPhone dan Samsung, rencana tersebut sangat baik karena
produk-produk dari Samsung (utama) sangat diminati penduduk Indonesia sedangkan
iPhone adalah sebuah produk yang penetrasinya ke market Indonesia masih belum
tinggi (akibat harga produk yang mahal). Overall, rencana perusahaan tersebut
sangat baik dan berpotensi meningkatkan pendapatan perusahaan (berapanya,
penulis tidak melakukan analisis lebih lanjut).
Disclaimer
on.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar