Pasar modal di Bulan Juni sangat tidak bersahabat bagi saya. Sell in May and Go Away sepertinya terbukti. Saya masih ingat, artikel di investopedia yang saya baca mengenai Sell in May and Go Away. Saya masih ingat, beberapa analis sudah memberikan warning aliran dana asing yg terus menerus keluar. Tapi saya masih tetap mengabaikannya. Dan inilah yang saya terima : loss.
Tepat setahun lalu, di bulan yang sama, IHSG juga mengalami hal yang sama. Turun cukup banyak (saya masih ingat bahwa saya waktu itu memprediksi IHSG dapat menuju 3600 dan mungkin saat itu saya menyebarkan "fear" kepada orang yang membaca). Ya, history repeats itself. Manusia terlalu mudah untuk melupakan sejarah. Termasuk saya yang terbuai euforia kenaikan indeks yang tajam sejak awal tahun.
Hal terburuk yg saya lakukan adalah menganggap diri saya sndiri seorang investor, namun memiliki mental trader. Bad exit and entry management, portfolio management, dsb. Tercatat, hingga akhir mei tanggal 31, porto saya masih profit dua digit, SSIA saya akhirnya mampu menembus angka 1660. Awal Juni, kebanyakan saham sudah mulai "menampakkan" penurunanny secara terang-terangan. Termasuk SSIA. Saya masih tidak sadar karena menganggap "for long term". That's a terrible mistake yang harus saya bayar mahal.
Disiplin adalah hal yang sangat penting di dalam berinvestasi. Ketika mindset Anda adalah short term, lakukan trading ala short term trader. Begitu pula ketika Anda adalah investor jangka panjang. Lakukan apa yang dilakukan mereka. Ketika tidak disiplin, Anda akan dihukum oleh pasar, seperti yang saya alami saat ini.
Proses penurunan saham-saham di BEI saat ini juga menunjukkan hal yang menarik : fear. Ketika foreign outflow sudah sangat besar, mulai terjadi fear untuk menyelamatkan modal. Ada yang tetap menahan, ada pula yang melepas saham-sahamnya. Mengutip kata-kata dari film After Earth, "Fear is unreal, but don't be mistaken. Danger is really real". Ketika sistem trading Anda sudah memberikan tanda bahaya, hal itu adalah hal yg nyata. Lakukan apa yang harus dilakukan.
Well, terkoreksi dalam dapat juga menjadi peluang untuk mulai mengoleksi saham-saham ok, maksud "ok" di sini tidak hanya secara fundamental, tetapi yang juga cocok dengan trading/investing plan Anda. Kondisi makroekonomi Indonesia memang menunjukkan banyak kelemahan; GDP growth yang tidak sesuai ekspektasi konsensus, defisit anggaran yang cukup besar, defisit neraca ekspor-impor, inflasi yang sulit dikendalikan, dsb. Namun, saya masih melihat bahwa ekonomi kita memiliki prospek yang cerah. Hal ini dapat menjadi peluang ketika saham-saham terkoreksi.
Semoga koreksi kali ini menjadi pembelajaran berharga, baik bagi saya maupun bagi para pembaca. Disiplin adalah hal yang sangat mutlak diperlukan. Dan ketakutan adalah hal yang harus Anda kendalikan. Baik takut tidak kebagian saat saham naik maupun takut rugi banyak saat saham turun.
Selamat berinvestasi.